ASAL USUL NENEK MOYANG DAN JALUR REMPAH
A.
KONSEP DASAR ASAL USUL NENEK MOYANG DAN
JALUR REMPAH -
Salah satu aspek penting dari nenek moyang bangsa Indonesia adalah penggunaan jalur rempah. Jalur rempah adalah rute perdagangan maritim yang menghubungkan Indonesia dengan India, Tiongkok, Timur Tengah, dan Eropa. Rute ini tidak hanya berperan dalam perdagangan rempah-rempah seperti cengkeh, lada, kayu manis, dan pala, tetapi juga dalam penyebaran agama, budaya, dan pengetahuan di wilayah Nusantara.
Pentingnya jalur rempah terletak pada pengaruhnya terhadap perkembangan ekonomi, sosial, dan budaya di Indonesia. Perdagangan rempah tidak hanya menghasilkan kemakmuran ekonomi tetapi juga memperkaya kehidupan budaya masyarakat Indonesia dengan adopsi berbagai unsur dari budaya asing. Hal ini menciptakan dinamika budaya yang khas di wilayah-wilayah pelabuhan dan kota-kota perdagangan di Nusantara.
Secara historis, jalur rempah juga menjadi pusat pertukaran ilmu pengetahuan dan teknologi antara bangsa-bangsa yang berdagang di wilayah tersebut. Hal ini memfasilitasi penyebaran ide, agama, dan praktik budaya dari satu tempat ke tempat lain, membentuk kerangka kerjasama dan interaksi antarbangsa yang melintasi batas geografis dan budaya.
1. Teori
Asal Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia
a) Teori
Yunan
Teori pertama menyatakan asal usul nenek moyang
bangsa Indonesia berasal dari Yunnan, China. Teori ini juga didukung oleh
Mohammad Ali yang berpendapat bahwa bangsa Indonesia berasal dari Mongol yang
terdesak oleh bangsa yang lebih kuat sehingga melakukan migrasi ke Selatan.
Selain itu, R H Geldern dan J H C Kern juga mendukung teori ini dengan bukti
adanya kapak tua di wilayah bangsa Nusantara yang memiliki kemiripan dengan
kapak tua yang ada di Asia Tengah. Dengan begitu, disimpulkan bahwa penduduk
Asia Tengah melakukan migrasi ke kepulauan Nusantara.
b) Teori
Nusantara
Teori Nusantara menjelaskan bahwa asal usul nenek
moyang bangsa Indonesia berasal dari Indonesia sendiri. Teori ini didukung oleh
Muhammad Yamin, Gorys Keraf, dan J Crawford. Teori ini dilandasi oleh beberapa
argumen, antara lain Bangsa Melayu merupakan bangsa yang berperadaban tinggi.
Peradaban ini tidak mungkin bisa dicapai apabila tidak melalui proses
perkembangan dari kebudayaan sebelumnya.
c) Teori
Out of Taiwan
Dalam teori ini, dijelaskan asal-usul bangsa
Indonesia berasal dari Taiwan, bukan Daratan China. Teori ini didukung oleh
Harry Truman Simanjuntak. Menurut pendekatan linguistik, dijelaskan bahwa dari
keseluruhan bahasa yang dipergunakan suku-suku di Nusantara memiliki rumpun
yang sama, yaitu rumpun Austronesia. Rumpun tersebut dikenal dengan rumpun
Taiwan.
d) Teori
Out of Africa
Teori terakhir menyatakan bahwa manusia modern yang
hidup sekarang berasal dari Afrika. Dasar teori asal usul nenek moyang bangsa
Indonesia ini berdasarkan ilmu genetika melalui penelitian DNA mitokondria gen
perempuan dan laki-laki. Menurut ahli dari Amerika Serikat, Max Ingman, manusia
modern yang ada sekarang ini berasal dari Afrika, antara kurun waktu 100-200
ribu tahun lalu. Dari Afrika menyebar ke luar Afrika.
2. Asal
Usul Persebaran Nenek Moyang di Indonesia
Menurut pendapat Sarasin
bersaudara, penduduk asli asli kepulauan Indonesia adalah ras berkulit gelap
dan bertubuh kecil. Pada mulanya mereka tinggal di Asia bagian Tenggara. Ketika
zaman es mencair dan air laut naik hingga berbentuk laut Cina selatan dan laut
Jawa sehingga memisahkan pegunungan vulkanik kepulauan Indonesia dari daratan
utama. Beberapa penduduk asli kepulauan Indonesia tersisa dan menetap di
daerah-daerah pedalaman, sedangkan daerah pantai dihuni oleh penduduk
pendatang. Penduduk asli itu disebut sebagai suku bangsa Vedda oleh Sarasin.
Ras yang masuk dalam kelompok ini adalah suku bangsa Hieng di Kamboja, Miaotse,
Yao-Jen di Cina, dan Senoi di Semenanjung Malaya. Beberapa suku bangsa seperti
Kubu, Lubu, Talang Mamak yang mendiami Sumatra dan Toala di Sulawesi merupakan
penduduk tertua di kepulauan Indonesia. Mereka mempunyai hubungan erat dengan
nenek moyang Melanesia masa kini dan orang Vedda yang saat ini masih ada di
Afrika, Asia Selatan, dan Oceania. Vedda itulah manusia pertama yang datang ke
pulau-pulau yang sudah berpenghuni. Mereka membawa budaya perkakas batu. Ras
Melanesia dan Vedda hidup dalam budaya mesolitik. Pendatang berikutnya membawa
budaya baru yaitu budaya neolitik. Para pendatang baru itu jumlahnya lebih
banyak dari penduduk asli. Mereka datang dalam dua tahap. Mereka disebut oleh
Sarasin sebagai Proto Melayu dan Deutero Melayu. Kedatangan Proto Melayu dan
Deutero Melayu terpisah diperkirakan lebih dari 2000 tahun yang lalu.
a) Proto
Melayu
Proto Melayu atau ada pula yang menyebutnya Melayu
Tua. Suku bangsa yang menjadi proto keturunan (leluhur inti) adalah:
·
Dayak,
·
Toraja,
·
Batak,
·
Mentawai.
Sebagian kalangan menamai bangsa proto dengan
sebutan Melayu Tua karena memang datang lebih dulu dibandingkan dengan deutro
melayu. Diperkirakan, ras melayu ini dulu datang pertama kali ke Indonesia sekitar
1500 tahun sebelum masehi. Apabila ditelusuri lebih jauh, maka akan tampak
bahwa ras proto sejatinya adalah orang-orang Austronesia yang masuk ke
Nusantara melalui jalur Sumatera (jalur barat). Hasil penemuan fosil dan
artefak menunjukan ras proto ini relatif lebih maju perkembangan kebudayaannya
jika dibandingkan dengan manusia primitif lain yang hidup pada masa tersebut.
Secara umum, ras Proto Melayu yang lebih tua
memiliki ciri-ciri tertentu:
·
Berasal dari Yunnan
·
Menyerupai ras mongoloid
·
Datang sebagai imigran
·
Jalur kedatangan timur
·
Banyak menetap di hutan
·
Banyak menyebar di nusantara
·
Meninggalkan banyak artefak
Konon ras Proto Melayu dianggap
memiliki 2 jalur masuk ke kepulauan Indonesia, yaitu melewati jalur timur dan
juga jalur barat. Mereka dianggap menggunakan jalur barat karena melakukan
pergerakan melalui Semenanjung Melayu yang terletak di bagian barat Indonesia.
Selain itu, mereka juga banyak bergerak dari Filipina yang berada di bagian
Utara-Timur Indonesia.
b) Deutro
Melayu
Deutro Melayu ialah salah satu
ras yang asalnya dari semenanjung Indocina dan datang ke Nusantara dengan
membawa kebudayaan besi (disebut juga kebudayaan Dongson). Kehidupan ras ini di
Nusantara diperkirakan sejak 500 tahun SM jika dilihat dari fosil yang
ditemukan. Sebagian besar peninggalannya bisa dijumpai di Sumatera, Kalimantan,
Jawa, dan Nusa Tenggara. Ras deutro melayu inilah yang menjadi pemantik masa
perundagian di kepulauan Nusantara pada masa itu. Hal ini terjadi karena mereka
sudah membawa kebudayaan dongson yaitu pengolahan logam. Keturunan bangsa
Deutro Melayu adalah:
·
Bugis,
·
Aceh,
·
Minangkabau,
·
Jawa,
·
Sunda,
·
Melayu,
·
Betawi,
·
Manado,
·
Bali
Ciri-ciri bangsa Deutro Melayu:
·
Berasal dari wilayah Dongson
·
Mahir dalam mengolah logam
·
Berevolusi menjadi beberapa suku
·
Jalur kedatangan barat
·
Identik dengan budaya besi
Dalam teori Dua Gelombang, ras
deutro datang ke tanah air melalui jalur barat karena mereka berasal dari
daerah barat yaitu semenanjung Indochina. Oleh karena itu, mereka menyebar
pertama kali ke pulau Sumatera lalu bergerak ke Kalimantan dan juga pulau Jawa
melewati dangkalan Sunda yang menghubungkan kepulauan Indonesia di bagian barat
dengan semenanjung Indo-China.
3.
Konsep Dasar Jalur Rempah
Paling
tidak sejak abad ke-14 jalur perdagangan rempah-rempah dariIndonesia ke
berbagai belahan Asia dan Eropa dikuasai oleh para pedagangIslam. Jaringan
perdagangan Islam membentang dari Samudra Hindia hinggake Laut Cina Selatan.
Jaringan perdagangan ini melibatkan berbagai suku danbangsa, antara lain orang
Arab, Persia, Gujarat, Melayu, Jawa dan Cina. Denganmengandalkan kota-kota
pelabuhan yang dikuasai oleh para penguasa Islam,jaringan perdagangan ini
mempertukarkan berbagai komoditi dari dari satutempat ke tempat yang lain dalam
jarak yang sangat jauh. Sebagai contohtekstil dari India diperdagangan di Asia
Tenggara, sementara rempah-rempahdari Indonesia dijual diperdagangkan sampai ke
Mesir dan bahkan Eropa.
Kegiatan
perdagangan di Samudera Hindia dan Laut Cina Selatanmenjadi mungkin di era
pramodern karena adanya angin musim. Denganmemanfaatkan angin ini kapal-kapal
berukuran sedang dan besar dapatberlayar dari arah Asia Barat ke Asia Tenggara
dan Timur dan sebaliknyasecara teratur. Kata musim berasal dari kata Bahasa
Arab mawsim.Asalkata tersebut menjelaskan bahwa para pedagang Arab adalah yang
pertamakali memperkenalkan nama tersebut kepada orang Asia Tenggara.
Dalamperkembangannya kata musim kemudian diserap ke dalam Bahasa Inggrismenjadi
monsoon.
MANUSIA DALAM ASAL USUL NENEK MOYANG DAN JALUR REMPAH
Orang Portugis adalah bangsa Eropa pertama yang sampai ke Maluku. Padatahun 1511 Malaka, pusat perdagangan maritim terbesar di Nusantara, jatuhke tangan Portugis. Setahun kemudian sebuah ekspedisi dikirim oleh pimpinanPortugis di Malaka Alfonso de Albuquerque untuk mecari jalan ke pulau rempah-rempah. Ekspedisi ini berada di bawah pimpinan Antonio d’Abruedan Fransisco Serrao. Mereka melakukan perjalanan dengan menyusuripantai utara Jawa, singgah di Gresik, lalu terus ke Banda. Dari Banda sebagiandari rombongan kembali ke Malaka dengan muatan pala sedangkan sebagianlainnya mencari jalan ke Maluku Utara untuk membeli cengkeh. Setelah kapalmereka sempat kandas di Pulau Penyu tidak jauh dari pantai Hitu, rombonganini pada akhirnya bisa mencapai Ternate.
Ketika orang-orang Portugis sampai di Maluku, kerajaan Ternate dan Tidoresedang terlibat dalam persaingan untuk mendapatkan dominasi politik danpenguasaan perdagangan rempah-rempah di daerah Maluku dan pulau-pulaudi Laut Banda. Bagi kedua kerajaan tersebut kehadiran bangsa Eropa berartikedatangan sekutu baru yang kuat yang dapat berguna dalam persaingan mereka. Dalam persaingan ini Ternate akhirnya keluar sebagai pemenangdengan memanfaatkan kekuatan Portugis di Maluku. Tidore harus menunggukedatangan orang Spanyol yang masuk melalui Filipina di tahun 1922 sebelumdapat mengimbangi dominasi Ternate.
Walaupun Portugis sejak semulamenghindari tindakan-tindakan yang dianggap sebagai sikap permusuhandengan para penguasa Maluku, namun dari awal tujuan kedatangan merekaadalah untuk mendapatkan hak monopoli atas perdagangan rempah-rempah.Sebagaimana yang dijelaskan oleh Meilink Roelofs, memang bukan maksudPortugis untuk menguasai seluruh perdagangan antar pulau, melainkan cukupmonopoli rempah-rempah, terutama cengkeh, pala dan bunga pala. Armada kapal Belanda pertama sampai ke Maluku pada tahun 1599 dibawah pimpinan Jacob van Neck.
Kedatangan orang-orang Belanda di Malukudisambut dengan baik. Dalam kesempatan kontak dagang pertama denganMaluku tersebut orang-orang Belanda telah mengikat perjanjian. MasyarakatMaluku menyambut dengan baik kesepakatan dengan orang-orang Belandayang mereka anggap sebagai pesaing bagi Portugis yang ketika itu kehadirannyadi Maluku secara politik dan ekonomi telah merosot. Karena hubungan yangbaik kapal-kapal Belanda kembali ke negerinya dengan mengangkut cukupbanyak rempah-rempah yang menghasilkan keuntungan sampai 400 persen.Dengan didapatnya keuntungan yang besar ini maka pada tahun 1601 empatbelas buah kapal ekspedisi diberangkatkan dari Belanda dengan tujuan keMaluku.Dalam rangka mengorganisir perdagangan rempah-rempah sertamenghindarkan persaingan di antara perusahaan-perusahaan swata, padatahun 1602 pemerintah Belanda mendirikan VOC (Verenigde Oost-IndischeCompagnie). Untuk menjamin kelancaran perdagangan rempah-rempah, sejakawal abad 17 VOC telah berhasil menjalin kerjasama dengan ketiga kerajaandi Maluku Utara (Ternate, Tidore dan Bacan). Hubungan dagang antara VOCdengan ketiga kerajaan di Maluku dijamin dalam berbagai kontrak perjanjianyang dibuat di awal abad 17. Sistem birokrasi VOC yang luas dan modern untukukuran jamannya menunjukkan bahwa maskapai dagang ini memiliki potensiekonomi dan politik yang lebih besar dari potensi yang dimiliki oleh parapenguasa lokal. Faktor keunggulan ini merupakan faktor utama yang menjadilatar belakang mengapa kemudian VOC secara perlahan dapat menegakkanmonopoli perdagangan rempah-rempah di Kepulauan Maluku.Pada tahun 1605 VOC merebut benteng Portugis di Ambon. BentengPortugis terletak di bagian selatan pulau. Di daerah sekitar benteng tersebutPortugis telah menyebarkan agama Katolik dan budaya Portugis. Meskipunkehadiran Portugis secara formal dapat dikatakan telah berakhir denganpenaklukkan tahun 1605, namun hingga saat ini warisan dari budaya yangditinggalkannya masih dapat ditemukan di Ambon dan Maluku secarakeseluruhan. Setelah menguasai Ambon VOC kemudian melakukan perluasanwilayah pengaruhnya di Maluku. Dalam beberapa dekade selanjutnya upayamonopoli perdagangan cengkeh yang dilakukan VOC di Maluku tidak berjalandengan lancar. Dalam periode itu VOC harus menghadapi para saingan dagangdari Eropa, yaitu Portugis, Spanyol dan Inggris. Persaingan menjadi semakinberat karena adanya penolakan monopoli perdagangan cengkeh oleh parapedagang Ambon dan Jawa.Perjanjian yang dibuat di awal kontak hubungan antara Belanda danMaluku yang dibicarakan dalam bagian sebelumnya dijadikan titik tolak olehVOC untuk menegakkan monopoli perdagangan cengkeh. Langkah awal yangditempuh VOC adalah memusatkan daerah produksi cengkeh ke pulau-pulauyang ada di sekitar Ambon. Dengan langkah ini VOC bertujuan menghentikanproduksi dari daerah-daerah yang tidak mereka kuasai secara langsungseperti di Maluku Utara dan Hoamoal. Langkah berikutnya adalah VOCmenjalankan berbagai institusi yang dapat digunakan untuk mengendalikanproduksi cengkeh di Maluku Tengah. Salah satu institusi yang digunakanuntuk melakukan pengawasan produksi cengkeh adalah Hongi Tochtend atau“Pelayaran Hongi”. Pengendalian ketat terhadap produksi perlu dilakukan agarpasokan cengkeh VOC ke pasar dunia dapat disesuaikan dengan permintaandalam tingkat harga yang mendatangkan keuntungan besar.
ASAL USUL NENEK MOYANG DAN JALUR REMPAH DALAM RUANG LINGKUP LOKAL, NASIONAL, DAN GLOBAL
Perubahan
mendasar terhadap jalur perdagangan rempah di Kepulauan Nusantara terjadi pada
tahun 1511, yaitu ketika Portugis berhasil merebut Malaka dan menjadikan kota
pelabuhan ini sebagai koloninya. Dengan jatuhnya Malaka ke tangan Portugis maka
berakhir pulalah jalur perdagangan rempah-rempah yang berpusat di Malaka.
Jatuhnya emporium Malaka ke tangan kekuatan non muslim yang bersikap bermusuhan
dengan para pedagang Islam menyebabkan pihak yang terakhir mencari kota-kota
dagang lain yang bisa dijadikan tempat kegiatan perdagangan. Faktor tersebut
yang menjelaskan mengapa sejak awal abad ke-16 muncul pusat-pusat perdagangan
baru di Kepulauan Indonesia untuk menggantikan Malaka.
Sejak saat itu
fungsisebagai emporium di Asia Tenggara yang dulu hanya dijalankan oleh Malaka
kemudian dijalankan paling tidak oleh tiga kota pelabuhan utama yang dalam
berkembangannya juga menjadi emporium-emporium, yaitu Aceh di ujung utara Pulau
Sumatera, Banten di ujung barat Pulau Jawa, dan Makassar di ujung selatan Pulau
Sulawesi. Kemunculan kota-kota pelabuhan Baru bersamaan momentumnya dengan
periode ekspansi negara-negara Eropa, terutama yang terletak di Eropa Barat, ke
seluruh penjuru dunia. Ekspansi bangsa Eropa ke Asia terjadi ketika kegiatan
perdagangan di Samudera Hindia sedang mencapai masa puncaknya. Paling tidak
sejak kemunculan Islam sampai dengan abad ke-18 Samudera Hindia telah menjadi
tempat pertemuan berbagai macam masyarakat dan budaya.
Dalam periode itu jaringan perdagangan Islam tumbuh dan berkembang serta kemudian mendominasi kegiatan perdagangan di Samudera Hindia. Dominasi para pedagang Islam dalam dunia perdagangan di Samudera Hindia terus berlangsung sampai dengan datangnya orang-orang Eropa. Jaringan perdagangan Islam ketika itu menghubungkan seluruh Asia dari Timur Tengah hingga ke Cina, dimana anak benua India adalah bagian yang memainkan peranan yang strategis. Dalam jaringan perdagangan yang luas tersebut kepentingan ekonomi saling menunjang dengan perluasan pengaruh Islam. Pengaruh Islam dari Timur Tengah menyebar ke anak benua India dan dari sana kemudian dibawa ke Asia Tenggara melalui kegiatan perdagangan. Di Asia Tenggara jaringan perdagangan Islam bertemu dengan jaringan perdagangan jungjung Cina yang pada saat yang bersamaan masuk ke Asia Tenggara dari arah Utara. Pertemuan kedua jaringan inilah yang kemudian membentuk jaringan perdagangan intra-Asia dengan penggarak utama para pedagang Islam dan jung-jung Cina. Keberadaan jaringan pelayaran yang terbentuk dari kegiatan perdagangan para pedagang Islam menjadi landasan bagi bangsa Eropa ketikamereka melakukan ekspansi ke Asia.
ASAL USUL NENEK MOYANG DAN JALUR REMPAH DALAM DIMENSI MASA LALU, MASA KINI, DAN MASA DEPAN
Semenjak abad
ke-2 sebelum masehi secara gradual perdagangan reguler antar-benua melalui
daratan yang menghubungan Cina dan Laut Tengah dengan melalui Asia Tengah mulai
terbentuk. Demikian juga pelayaran dan perniagaan melalui laut juga berkembang
yang menghubungkan Laut Tengah dan Cina serta Jepang. Pelayaran dan perniagaan
sudah mulai bisa dilakukan secara reguler mulai dari Laut Merah dan Teluk Parsi
ke India. Dalam perkembangan selanjutnya juga dari India ke Asia Tenggara dan
selanjutnya ke Cina dan Jepang dengan memanfaatkan angin muson yang bertiup
secara reguler.72 Sutera, emas, tekstil, besi, perak, dan berbagai barang
prestisius menjadi komoditi utama yang diperdagangkan pada jalur sutera daratan
melalui Asia Tengah.73 Sementara itu jalur perdagangan maritim didominasi oleh
komoditi rempah di samping ada beberapa komoditi lain seperti kain tekstil,
sutera, perak, dan sebagainya.74 Seperti diketahui bahwa hubungan perniagaan
laut antara India dan negeri-negeri di sebelah barat hingga Mesir dan
Eropasudah berkembang jauh sebelum abad Masehi. Barang dagangan utama yang
diperdagangkan terutama adalah lada, kain, dan emas dari India dan kayu manis
dari Srilangka.75 Sementara itu jalur maritim dari India ke timur hingga
Nusantara dan Cina pada waktu itu belum berkembang dengan baik.
Sejalan dengan
berkembangnya kekuasaan politik dan militer Islam, jalur perdagangan dan
pedagang pun mulai banyak diambil-alih oleh pedagang Muslim. Para pedagang
Islam berlayar baik ke Barat maupun ke Timur hingga Maluku dan Cina. Pendeta
Cina yang bernama I-Tsing ketika sedang melakukan ziarah ke India menyaksikan
bahwa di mana ada rempah, di situ ada orang Islam. Pada waktu perjalanan dari
Canton ke Sriwijaya, I-Tsing menumpang kapal Arab. Sementara itu perjalanan
dari Sriwijaya ke India dengan menumpang kapal SriwijayaSuplai rempah ke Eropa
berada di bawah kendali pedagang Islam dengan perkecualian beberapa pedagang Yahudi.
Sementara itu orang-orang Eropa di Laut Tengah juga ikut mengambil peran
sebagai pedagang pengecer. Demikian juga para pedagang dari Semenanjung Iberia
juga menjadi pengecer untuk kawasan Eropa Utara. Satu hal yang menarik adalah
bahwa meskipun kemudian kedua kekuatan raksasa ini terlibat dalam Perang Salib
namun perdagangan masih terus berjalan. Bahkan perang ini akhirnya tidak
sematamata urusan agama, namun para pejuang itu sudah dapat melirik arti
ekonomi dari pertumpahan darah itu.
Perancis merupakan
suatu negara yang memiliki peran penting pada awal perdagangan rempah ke Timur.
Pada awal abad XIII, perdagangan di kotakota besar Perancis mulai berkembang.
Barang-barang yang diperdagangkan di sana dipasok dari pelabuhan Marseille.
Perkembangan perdagangan di Perancis dimulai pada saat pecahnya Perang Salib.
Perang Salib ini membawa dampak yang yang sangat penting tidak hanya pada
perkembangan kotakota di Paris, akan tetapi juga dalam perkembangan kota-kota
besar di Eropa, termasuk di Italia. Sebagai konsekuensi dari keikutsertaan
negara-negara dalam operasi militer Perang Salib, kota-kota ini memperoleh
hak-hak istimewa dalam berdagang.
Sementara itu,
Italia telah melakukan sesuatu yang lebih jauh dari Perancis. Hampir di setiap
pelabuhan laut, terdapat koloni Italia yang memiliki tanah yang luas, memiliki
kebebasan memungut cukai atas bangsa sendiri atau pun hak untuk memungut cukai
atas bangsa lain. Terdapat kebiasaan yang berlaku di wilayah-wilayah koloni
itu. Mereka membayar loji dan tanah mereka kepada pemilik sebelumnya dengan
harga sepertiga atau seperempat dari apa yang dihasilkan. Dengan loji itu
mereka mengupayakan agar hubungan komersial dari Baghdad ke pelabuhan Syria
melalui Damaskus tidak terganggu. Hal ini penting bagi kedua belah pihak, yakni
orang Kristen dan orang Muslim, sehingga jaminan perdagangan diperoleh, bebas
dari ancaman para perampok. Wilayah-wilayah Syria dan Damaskus sudah lama
dikenal sebagai wilayah yang sering terjadi perampokan.
Di belahan dunia
yang lain, ketika Columbus mengklaim menemukan benua Amerika pada 1492, jalur
perdagangan dunia berubah. Sejak saat itu, bagi Mesir dan kota-kota dagang
Eropa seperti Italia juga terganggu dengan dikuasainya kota Konstantinopel oleh
Turki pada 1453. Kondisi inilah yang menyebabkan pusat dunia berubah.
Perdagangan rempah pada Abad Pertengahan dan abad sesudahnya menjadi barang
dagangan utama yang didatangkan dari India. Rempah dibawa dari India ke Eropa.
ASAL USUL NENEK MOYANG DAN JALUR REMPAH DARI POLA PERKEMBANGAN, PERUBAHAN, KEBERLANJUTAN, DAN KEBERULANGAN
Peralihan
perdagangan internasional melalui jalur Eropa-AlexandriaCush-Aden-Cambay-Asia
Timur mempunyai dampak besar bagi kepulauan di Nusantara. Kerajaan Sriwijaya,
yang pada tahun-tahun awal sebagai kota pelabuhan penting dalam sejarah
perdagangan Asia Timur, tidak lagi menjadi penting peranannya. Kerajaan
Sriwijaya tidak lagi menghasilkan produk alami. Ibukota kerajaan Sriwijaya atau
juga disebut sebagai San fo-tsi (Palembang) menjadi pangkalan penting dalam
kaitannya dengan jalur laut bagi pedagang asing lain, yakni dari dan menuju
Tiongkok. Berkat persediaan barang dagangannya yang berlimpah, Palembang
menjadi penting setelah kekhalifahan Abassiyah dan Jawa menjadi kekuatan
terbesar ketiga di dunia. Palembang pada mulanya menjadi pangkalan rutin bagi
kapal-kapal yang berlayar dari Tiongkok menuju Barat dan dalam perjalanan
mereka dari pelabuhan-pelabuhan di Persia dan India. Penduduk Palembang,
menurutbeberapa sumber resmi dikatakan bahwa “Dalam pertempuran di darat dan di
laut tidak ada yang mampu mengalahkan serangan mereka. Jika kapal asing yang
melewati tempat itu tidak singgah di sana, sekelompok orang bersenjata akan
muncul dan membunuh mereka sampai habis”.
Pada peralihan
abad XIV ketika suatu ekspedisi Cina mendekati daerah ini, Palembang telah
dihancurkan dan kerajaan Majapahit yang baru saja berdiri. Para pedagang Islam
mampu memperoleh tempat singgah di pantai utara Sumatera dan mendirikan
kerajaan Islam Pasai di selat Malaka yang berada dalam jarak jangkauan mereka.
Palembang yang lemah, yang masih hidup dengan kejayaan masa lalunya, tetap
penting khususnya untuk perdagangan rempah sampai pada pertengahan abad XIV.
Sementara itu, Jambi semakin lama semakin berkembang dan mengarah pada
pelabuhan international khususnya sebagai pelabuhan lada. Namun, kejayaan
Palembang telah terkikis dan tidak mampu mempertahankan reputasinya sebagai
pelabuhan perdagangan yang besar. Di Malaka seperti halnya di Pasai, para
pedagang Hindu Jawa yang tercabut dari lingkungan tradisionalnya, mulai
menjalin hubungan dengan pedagang Gujarat yang beragama Islam fanatik, sehingga
mereka berubah mengikuti mereka menjadi Muslim. Apa yang dilaporkan oleh
Marcopolo tentang Aden dan Marino Sanudo untuk tentang Mesir, Aden, dan Cambay,
menurut laporan Tiongkok juga berlaku untuk Malaka. Di Malaka terdapat suatu
komunitas Islam kuat seperti yang dikeluhkan kepada d’Albuquerque tentang
penguasa Hindu di Jawa pada 1511. Sementara itu Malaka menjadi tempat pertemuan
perdagangan dari Timur dan Barat seperti Palembang pada abad sebelumnya. Berkat
intensitas perdagangan yang meningkat pada jalur dunia yang baru, makna
Malakamenjadi semakin besar. Para pedagang Portugis tidak pernah berhenti
melukiskan kemeriahan aktivitas perdagangan Malaka dan menggambarkan lokasi
satrategisnya sebagai pertemuan jalur perdagangan yang diatur oleh angin musim.
Berdasarkan laporan yang ada dalam Commentares d’ Albuquerque dikatakan bahwa
jika ada pedagang yang melewati jalur perdagangan ini, semua akan tunduk pada
aturan harus singgah di kota ini karena di tempat ini mereka bisa menemukan
berbagai jenis obat-obatan dan rempah yang dicari dan diperebutkan di dunia.
Selain dengan mudah dapat menemukan berbagai jenis rempah di Malaka, pelabuhan
ini lebih kondusif terhadap semua musim dalam perjalanan dari Tanjung Comorin
ke Timur, daripada singgah di pelabuhan lain yang ada di kawasan itu.
Program
Jalur Rempah berpandangan ke depan. Jejak dan Jalur direkonstruksi sebagai
fondasi dari masa lalu sebagai masa kini untuk membangun masa depan.Suatu cara
pandang yang berangkat dari jejak-jejak masa lalu yang terhubung satu sama lain
dan membentuk ekosistem kebudayaan, dan memandang laut sebagai simbol kekayaan
dan kesejahteraan. Program Jalur Rempah berupaya menampilkan bahari sebagai
khazanah, sebuah pemberian alamiah yang membuat Indonesia memiliki panjang
pantai lebih dari 95.000 kilometer dan menjadikan negara ini memiliki garis
pantai terpanjang kedua di dunia sekaligus negara kepulauan terbesar.
Lewat
cara pandang ini, program Jalur Rempah menghidupkan kembali gagasan ini melalui
identifikasi jejak budaya, potensinya di masa mendatang dan rekonstruksi jalur
budaya sebagai sebuah pekerjaan kolektif. Rempah sebagai masa depan: industri,
warisan nenek moyang tentang kecantikan, kesehatan, hingga pangan. Sebuah kerja
berkelanjutan, menghidupi, juga membahagiakan manusia yang terlibat di
dalamnya.
F. ASAL USUL NENEK MOYANG DAN JALUR REMPAH SECARA DIAKRONIS (KRONOLOGI) MAUPUN SINKRONIS
1. Jalur
Rempah Secara Sinkronis
Sinkronik
bersangkutan dengan peristiwa yang terjadi dalam suatu masa yang terbatas.
Sinkronik berasal dari bahasa Yunani yaitu "Syn" artinya dengan dan
"Khronos" yang berati waktu atau masa. Sinkronik adalah menyempit
dalam waktu dan melebar dalam ruang.
Contoh peristiwa
sinkronik adalah:
a) Jatuhnya
Konstantinopel ke tangan Turki Usmani pada tahun 1453
b) Jatuhnya
Malaka ke tangan Portugis pada tahun 1511.
c) Berdirinya
VOC pada tahun 1902.
2. Jalur
Rempah Secara Diakronis
Diakronik adalah peristiwa yang
terfokus pada awal waktu hingga akhir kejadian. Diakronik memungkinkan kita
mengetahui sejarah dari awal kejadian hingga akhir.
a) Pertempuran
Ambarawa (20 Okober - 15 Desember 1945).
b) Pertempuran
Surabaya (27 Oktober 20 November 1945).
c) Pertempuran
5 hari di Semarang (15 Oktobber - 19 Oktober 1945).
d) Perang
Padri (1821 - 1837).
e) Perang
Dipenogoro (1825 - 1830).
0 Response to "ASAL USUL NENEK MOYANG DAN JALUR REMPAH"
Post a Comment