Kerajaan Mataram Kuno : Sejarah, Kehidupan Politik, Ekonomi, Sosial dan Budaya - Guru Santai

Kerajaan Mataram Kuno : Sejarah, Kehidupan Politik, Ekonomi, Sosial dan Budaya

Corak Kerajaan Mataram Kuno - Kerajaan Mataram Kuno berdiri pada abad ke-8 hingga ke-11 dan dikuasai oleh tiga dinasti yaitu Dinasti Sanjaya, Dinasti Syailendra, dan Dinasti Isyana. Berdasarkan periode kepemimpinannya, lokasi ibu kota awalnya berada di Jawa Tengah ketika Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra berkuasa.

Ahli berpendapat bahwa letak kerajaan Mataram Kuno ada di Medang dan Poh Pitu. letak Poh Pitu sendiri sampai sekarang belum begitu jelas. Dalam beberapa catatan sejarah, hanya dijelaskan bahwa letak Mataram di kelilingi gunung, pegunungan dan sungai-sungai. Poh Pitu kemungkinan berada diantara Kedu Sampai sekitar Prambanan. Nama Mataram diambil dari istilah Bhumi Mataram. Artinya daerah yang dikelilingi oleh gunung-gunung.



Perkembangan Kerajaan Mataram Kuno


Berdasarkan letak pemerintahannya sejarah Kerajaan Mataram Kuno terbagi atas dua periode. Periode pertama ditandai dengan lokasi pusat pemerintah yang terletak di Jawa Tengah pada abad ke-8. Sementara itu periode kedua ditandai dengan lokasi pusat pemerintah di Jawa Timur pada abad ke 9-10.

Mataram Kuno Periode Jawa Tengah


Periode Jawa Tengah diwarnai dengan adanya dua wangsa (dinasti) yang berkuasa dalam satu masa, yaitu Dinasti Sanjaya (Hindu) berkuasa di Jawa Tengah bagian utara dan Wangsa Syailendra (Buddha)berkuasa di Jawa Tengah bagian selatan. Salah satu peninggalan keagamaan Dinasti Sanjaya adalah Candi Prambanan, sedangkan peninggalan Dinasti Syailendra adalah Candi Borobudur.

Berdasarkan Prasasti Canggal diketahui raja pertama yang memerintah Kerajaan Mataram Kuno adalah Raja Sanna. Kemudian Raja Sanna digantikan oleh keponakannya yang bernama Sanjaya. Raja Sanjaya memerintah dengan bijaksana sehingga rakyat hidup makmur, aman, dan tentram. Setelah, Kerajaan Mataram Kuno diperintahkan oleh Panangkaran dari Dinasti Syailendra.

Setelah wafatnya Panangkaran Mataram Kuno terpecah menjadi dua, yakni Mataram Kuno yang bercorak Hindu dan Buddha. Di bawah kekuasaan Dinasti Syailendra, Kerajaan Mataram Kuno mencapai puncak kejayaan. Terutama Pada masa kepemimpinan Sri Dharmatungga, wilayah kekuasaan meluas hingga Semenanjung Malaka. Penggantinya Syailendra juga berhasil mengalahkan Chenla di Kamboja. Tak hanya kekuasaan, namun kebudayaan juga berkembang termasuk membangun Candi Borobudur pada masa kepemimpinan Samaratungga. Kedua dinasti ini bersatu kembali melalui pernikahan Rakai Pikatan (dinasti sanjaya) dan Pramodawardhani (dinasti Syaelendra).

Pernikahan ini menyebabkan terjadinya konflik antara rakai pikatan dengan balaputradewa (adik pramudiawardani) yang merasa tidak senang kekuasaan dinasti syaelendra jatuh ke dinasti sanjaya. balaputra dewa mengalami kekalahan dan melarikan diri ke sriwijaya (kerajaan Kakeknya).

Faktor keruntuhan kerajaan mataram kuno periode jawa tengah


Ada beberapa faktor yang disebut memengaruhi kepindahan ini antara lain meletusnya Gunung Merapi, perebutan kekuasaan, serangan Kerajaan Sriwijaya, hingga tidak adanya pelabuhan hingga ekonomi sulit berkembang. Di sisi lain, Gunung Merapi terjadi erupsi yang menyebabkan Mpu Sindok memutuskan untuk melakukan perpindahan Mataram Kuno Jawa Tengah ke Jawa Timur ( Dinasty Isyana)

Mataram Kuno Periode Jawa Timur (Dinasti Isyana)


Mpu Sindok merupakan pendiri dinasti baru (Dinasti Isyana) dengan bergelar Mpu Sindok Sri Isyana-tunggadewa Wijaya setelahnya digantikan oleh Dharmawangsa. pada masa pemerintahan Dharmawangsa melakukan penyerangan ke Sriwijaya untuk merebut jalur perdagangan Laut Jawa dan berhasil menguasai Sriwijaya pada tahun 992. Tidak lama kemudian, Sriwijaya mengirimkan serangan balasan yang mengakibatkan Kerajaan Medang hancur dan para pembesar istana termasuk Dharmawangsa ikut tewas.

Tetapi, menantu (Airlangga) Dharmawangsa berhasil menyelamatkan diri dan kerajaan hancur terpecah menjadi beberapa wilayah yang berdiri sendiri Airlangga dinobatkan sebagai raja setelah pergi bertapa di hutan selama tiga tahun, namun raja-raja dari kerajaan kecil di sekitarnya tidak mau mengakuinya sebagai raja.

Airlangga melakukan penaklukan kerajaan tersebut dan berhasil menyatukan kembali kerajaan yang terpecah pada tahun 1037. Kemudian, ibu kota kerajaan dipindahkan ke Kahuripan. Setelah kerajaan kembali utuh, kebijakan diarahkan pada peningkatan perekonomian. Sebagai kerajaan agraris, irigasi (sistem pengairan sawah) diperbaiki dan dibangun bendungan Waringin Sapta di Sungai Brantas. Pengembangan perdagangan dimajukan melalui perbaikan pelabuhan Hujung Galuh.

Untuk menggantikan dirinya sebagai raja, Airlangga sudah menyiapkan putrinya bernama Sanggar Wijaya. Akan tetapi, putrinya tidak tertarik menjadi raja dan memilih untuk menjadi pertapa. Agar tidak terjadi perebutan kekuasaan antara dua orang putra Airlangga dan selir-selirnya, kerajaan dibagi dua, yaitu Jenggala dan Kediri (Panjalu). Panji Grasakan menjadi Raja Jenggala dan Samarawijaya menjadi Raja Kediri.

Kehidupan perekonomian kerajaan Mataram Kuno


Dari sisi kehidupan ekonomi kerajaan mataram kuno bercorak agraris, pada awalnya Mataram Kuno mengutamakan bidang pertanian karena didukung oleh letak pusat pemerintahan di pedalaman. Apalagi, pemerintah begitu antusias memberi dukungan untuk memajukan pertanian dengan mendirikan jaringan irigasi.

Sedangkan perhatian terhadap perdagangan juga mulai diberikan saat pemerintahan Dyah Balitung. Ia memberi perintah untuk mendirikan pusat-pusat perdagangan yang bertujuan menggiatkan kegiatan ekonomi masyarakat sekaligus memajukan pertanian. Kegiatan perdagangan dilakukan secara bergilir mengikuti hari pasaran Jawa, dengan barang yang diperdagangkan berupa rempah-rempah, kapur barus, gading, dan emas.

Kehidupan sosial budaya kerajaan mataram kuno


Sistem kasta dalam kehidupan sosial di Mataram Kuno tidak begitu ketat sehingga mobilitas sosial tetap dapat berjalan sebab seorang Brahmana dapat menjadi seorang pejabat seperti seorang ksatria, ataupun sebaliknya seorang Ksatria bisa saja menjadi seorang pertapa. Dalam masyarakat Jawa, terkenal dengan kepercayaan bahwa dunia manusia sangat dipengaruhi oleh alam semesta (sistem kosmologi).

Sistem kosmologi juga menjadikan raja sebagai penguasa tertinggi dan penjelmaan kekuatan dewa di dunia. Seluruh kekayaan yang ada di tanah kerajaan adalah milik raja, dan rakyat wajib membayar upeti dan pajak pada raja. Sebaliknya raja harus memerintah secara arif dan bijaksana.

Toleransi antar umat beragama berjalan dengan baik terbukti dengan dinasty sanjaya (Hindu) dan syaelendra (Budha) hidup berdampingan secara kehidupan beragama, persaingan hanya pada kehidupan politik.

Adapun dalam bidang kebudayaan, Kerajaan Mataram Kuno banyak menciptakan karya berupa candi yang terdiri atas candi Hindu dan Candi Budha. Candi Hindu yang dapat ditemukan antara lain kompleks candi Dieng (Puntadewa, Semar, Arjuna, Bima), Gedongsongo, Prambanan. Sedangkan candi Budha yang diciptakan diantaranya adalah Sewu, Borobudur, Mendut, Kalasan, Pawon, Sari, dan Plaosan.


Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno


  1. Prasasti Canggal menggunakan huruf pallawa dan bahasa sanskerta berangka tahun 723 M, menceritakan tentang pendirian Lingga (lambang Syiwa) di desa Kunjarakunja.
  2. Prasasti Kalasan, ditemukan di desa kalasan yogyakarta berangka 778 M, ditulis dalam huruf Pranagari (India Utara) dan bahasa Sanskerta.
  3. Prasasti Mantyasih di temukan di Mantyasih, Kedu, Jawa Tengah berangka tahun 907 M menggunakan bahasa Jawa Kuno.
  4. Prasasti Klurak, ditemukan di Desa Prambanan berangka tahun 782 M ditulis huruf Pranagari dan bahasa Sanskerta.

Candi-candi peninggalan Kerajaan Mataram Kuno antara lain, Candi Kalasan, Candi Plaosan, Candi, Prambanan, Candi Sambisari, Candi Sari, Candi Kedulan, Candi Sojiwan, Candi Barong dan tentunya yang paling kolosal adalah Candi Borobudur.


Demikian beberapa hal yang bisa Guru Santai sampaikan semoga bermanfaat dan membantu. Ikuti terus Guru Santai dengan cara follow untuk mendapatkan informasi seputar pendidikan menarik lainnya

0 Response to "Kerajaan Mataram Kuno : Sejarah, Kehidupan Politik, Ekonomi, Sosial dan Budaya"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel