Kepercayan Animisme dan Dinamisme
SISTEM KEPERCAYAAN MASYARAKAT PRAAKSARA
Masyarakat zaman pra-aksara terutama periode zaman Neolitikum sudah mengenal
sistem kepercayaan. Mereka sudah memahami adanya kehidupan setelah mati. Mereka
meyakini bahwa roh seseorang yang telah meninggal akan ada kehidupan di alam
lain. Oleh karena itu, roh orang yang sudah meninggal akan senantiasa dihormati
oleh sanak kerabatnya. Terkait dengan itu maka kegiatan ritual yang paling
menonjol adalah upacara penguburan orang meninggal. Dalam tradisi penguburan
ini, jenazah orang yang telah meninggal dibekali berbagai benda dan peralatan
kebutuhan sehari-hari, misalnya barang-barang perhiasan, periuk dan lain-lain
yang dikubur bersama mayatnya. Hal ini dimaksudkan agar perjalanan arwah orang
yang meninggal selamat dan terjamin dengan baik. Dalam upacara penguburan ini
semakin kaya orang yang meninggal maka upacaranya juga semakin mewah.
Barang-barang berharga yang ikut dikubur juga semakin banyak.
Selain upacara-upacara penguburan, juga ada upacara - upacara pesta
untuk mendirikan bangunan suci. Mereka percaya manusia yang meninggal akan
mendapatkan kebahagiaan jika mayatnya ditempatkan pada susunan batu-batu besar,
misalnya pada peti batu atau sarkofagus. Batu-batu besar ini menjadi lambang
perlindungan bagi manusia yang berbudi luhur juga memberi peringatan bahwa
kebaikan kehidupan di akhirat hanya akan dapat dicapai sesuai dengan perbuatan baik
selama hidup di dunia. Hal ini sangat tergantung pada kegiatan upacara kematian
yang pernah dilakukan untuk menghormati leluhurnya. Oleh karena itu, upacara
kematian merupakan manifestasi dari rasa bakti dan hormat seseorang terhadap
leluhurnya yang telah meninggal. Sistem kepercayaan masyarakat pra-aksara yang
demikian itu telah melahirkan tradisi megalitik (zaman megalitikum = zaman batu
besar). Mereka mendirikan bangunan batu-batu besar seperti menhir, dolmen,
punden berundak, dan sarkofagus. Pada zaman praaksara, seorang dapat dilihat
kedudukan sosialnya dari cara penguburannya. Bentuk dan bahan wadah kubur dapat
digunakan sebagai petunjuk status sosial seseorang. Penguburan dengan
sarkofagus misalnya, memerlukan jumlah tenaga kerja yang lebih banyak
dibandingkan dengan penguburan tanpa wadah. Dengan kata lain, pengelolaan
tenaga kerja juga sering digunakan sebagai indikator stratifikasi sosial
seseorang dalam masyarakat.
Sistem kepercayaan dan tradisi batu besar seperti dijelaskan di atas,
telah mendorong berkembangnya kepercayaan animisme. Kepercayaan animisme
merupakan sebuah sistem kepercayaan yang memuja roh nenek moyang. Di samping
animisme, muncul juga kepercayaan dinamisme. Menurut kepercayaan dinamisme ada
benda-benda tertentu yang diyakini memiliki kekuatan gaib, sehingga benda itu
sangat dihormati dan dikeramatkan. Selain itu mereka juga punya kepercayaan Totemisme, sistem kepercayaan ini merupakan sistem kepercayaan bahwa hewan tertentu dianggap suci
dan dipuja karena memiliki kekuatan supranatural. Hewan yang dianggap suci
misalnya sapi, ular, dan harimau.
Seiring dengan perkembangan pelayaran, masyarakat zaman pra-aksara
akhir juga mulai mengenal sedekah laut. Sudah barang tentu kegiatan upacara ini
lebih banyak dikembangkan di kalangan para nelayan. Bentuknya mungkin semacam
selamatan apabila ingin berlayar jauh, atau mungkin saat memulai pembuatan
perahu. Sistem kepercayaan nenek moyang kita ini sampai sekarang masih dapat
kita temui dibeberapa daerah.
0 Response to "Kepercayan Animisme dan Dinamisme"
Post a Comment